Minggu, 09 September 2012

Ritual Mana' Kaja' Pade Dayak Bakati' Kabupaten Bengkayang,Kalbar


Ritual Mana' Kaja' Pade Dayak Bakati'

Setiap tahun sehabis panen warga Dayak Bekati' di Kampung Tiga Desa Kecamatan Bengkayang, Kabupaten Bengkayang mengadakan ritual dan pesta padi yang disebut Mana' Kaja' Pade (memegang kaki padi). Acara ini dimaksudkan sebagai ungkapan syukur kepada Nyabata (Tuhan-red.) atas panen dan agar tetap memelihara semangat padi supaya panen yang akan datang tetap berhasil. Ritual dan pesta ini rutin dilaksanakan setiap tanggal 27 April, dan dilaksanakan sangat meriah dibanding perayaan Natal; walaupun sebagian besar masyarakat di Kampung Tiga Desa hampir semuanya sudah beragama Katolik, Protestan.
Ritual ini tidak terlepas dari hubungan antara manusia dan Nyabata. Menurut kepercayaan orang Bekati' ketika jaman Malik Mantak (jaman awal kehidupan manusia), Mansia (manusia), Amot (hantu) dan Nyabata dapat saling melihat dan berhubungan. Mereka bersama-sama mengerjakan payak (sawah) dan uma (ladang) dengan belalek (gotong royong).

Seperti yang dituturkan Julius Jinun (44 tahun) warga Kampung Tiga Desa kepada KR, retaknya hubungan mansia, Amot dan Nyabata karena manusia mencuri alat untuk berladang Amot berupa kapak usi'. Amot mengetahui bahwa manusia mencuri alat tersebut. Lalu Amot mengambil batang pisang gunung untuk menutupi tubuhnya, dan akhirnya Mansia tidak dapat melihat Amot dan Nyabata lagi. Mansia merasa menyesal, lalu melakukan ritual pesta padi untuk mengenang masa malik mantak ini.
Mulanya ritual ini dilakukan bersama ritual Nyangah pada Nyabata Tapang dengan menyembelih babi. Namun sesuai dengan pergeseran zaman ritual ini hanya dilakukan di rumah masing-masing.

Menurut Acek, panyangah pada ritual ini, mana' kaja' pade terdiri dari dua. Yaitu matek ante', (nyangah mentah) dan matek ansak (nyangah masak). Matek ante' dimaksudkan untuk mengumpulkan para Nyabata-Nyabata yang terdiri atas Nyabata kayu yaitu: Nyabata Tapank, Nyabata Bante', Nyabata Bayur, dan Nyabata Bangaris. Nyabata gunung terdiri atas Nyabata Bawank, Nyabata Sepacong, Nyabata Sike', Nyabata Muakng, dan Nyabata Apar Pajaji.

Bahan-bahan yang harus dipersiapkan saat matek ante' yaitu tempayan antik yang diisi dengan beras. Dimana selama nyangah tempayan harus tetap terbuka. Antor ante' (buis adat antaran) terdiri atas piring putih yang diisi salikat (beras ketan). Diatas salikat disimpan sebuah mangkuk yang diisi dengan baras banyu (beras kuning). Mangkuk yang diisi dengan paint tawar (air yang diberi paku dan irisan kunyit). Selapa (napan yang terbuat dari tembaga) yang berisi sirih 5 lembar, kapur, tembakau, belahan pinang, dan rokok masak (rokok dari nipah). Selapa ini dipergunakan untuk menyapa para Nyabata. Disamping tempayan diletakkan pisau untuk menyembelih siap (ayam). Sebelum disembelih diambil tiga helai bulu siap (ayam) pada bagian sayap.

Pada saat matek antek, panyangahatn membacakan mantra sambil menyiapkan pintek (sirih, kapur dan pinang yang telah digulung). Setelah itu panyangahatn menyembeli siap (ayam) dan menyimpan darahnya di dalam mangkuk. Bulu ayam yang telah dipersiapkan tadi dicelupkan kedalam darah dan dipercikkan ke seluruh bahan sangahatn. Hal ini dimaksudkan agar segala sial yang kemungkinan ada menjauh. Kemudian ayam yang telah disembelih diberikan kepada tuan rumah untuk dibersihkan.

Ritual kedua adalah matek ansak yang dimaksudkan untuk mempersembahkan hasil panen yang telah dimasak kepada para Nyabata. Bahan-bahan yang perlu dipersiapkan lemang atau salikat, tumpik, sungke (beras yang dimasak dari daun simpur), telur, pintek, sadok (ayam yang diambil hati, dada dan pahanya). Setelah bahan-bahan ini disiapkan, panyangah membaca mantra yang dimaksudkan untuk mengajak para Nyabata untuk makan bersama-sama hasil panen yang ada agar hubungan mansia dengan Nyabata tetap dapat terjaga.
  • Terancam Punah
Menurut Yulius Jinun, seorang warga Bakati yang ikut ritual ini, sangat disayangkan ritual ini terancam punah karena kini tinggal beberapa keluarga saja yang melaksanakannya. Pengaruh agama luar menjadi penyebab utama berkurangnya pelaksanaan ritual ini. "Orang Bakati umumnya tetap melaksanakan acara ini, tetapi tidak lagi dengan ritual Dayak, diganti dengan cara agamanya. Saya sendiri meski beragama Katolik tetap melakukan nyagahatn untuk menghormati para leluhur dan adat,"ujarnya.

Sumber
  • Anderson, Frans Lobo . Ritual Mana' Kaja' Pade Dayak Bakati'. Majalah Kalimantan Review Edisi Reguler Nomor 94 Tahun XII - Juni 2003

0 komentar:

Posting Komentar