Selasa, 02 April 2013

SILSILAH RIA SINIR DAN DARA ITAM

SILSILAH RIA SINIR DAN DARA ITAM

 (kira-kira Abad ke-8 SM)

Pengantar

Tulisan ini mungkin dapat dipakai sebagai informasi sejarah bagi semua pihak yang ingin mengetahui dan bahkan mempelajari nilai kearifan Dayak Banyuke , Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat , Indonesia.

Apapun tanggapan Anda tentang tulisan ini , entah positif , entah negatif, senantiasa penulis hormati dan hargai. Semua pihak bebas menilai sesuai dengan pemahaman masing-masing, tak ada paksaan.

Namun, tulisan ini merupakan saduran yang ke-3 dan yang sesuai dengan nara sumber yang asli. Penulisan hanya mengadakan perubahan pada ejaan - disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia yang berlaku saat ini - tanpa mengubah jalan cerita atau alur ceritanya.

Sebenarnya, cerita ini merupakan hasil wawancara orang tua penulis - Almarhum EMMANUEL ATANG IDA - dengan Kepala Pajenang Nibis, Kampung Jering, Kecamatan Menyuke. Lalu, hasil itu disusun kembali oleh Pegawai Kecamatan Menyuke dengan pangkat Prakit Praja yang bernama J.A.LION pada tanggal 8 Desember 1964.

Latar Belakang

Penulis sangat prihatin apabila cerita-cerita kepahlawanan yang bermutu dari Dayak Banyuke semakin memudar dan sirna ditelan oleh perkebangan zaman.Padahal banyak nilai kearifan lokal yang dapat disarikan dari cerita-cerita itu sebagai pegangan hidup.

Mungkin, budaya tutur yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat Dayak Banyuke sehingga banyak jejak sejarah yang mulai terlupakan. Bahkan saat ini, generasi muda khususnya Dayak Banyuke mulai tak tertarik dengan cerita-cerita yang pernah melegenda dan lebih cenderung membanggakan hal-hal yang dangkal nilai kearifannya.

Penulis pun percaya bahwa masih banyak generasi muda yang merindukan nilai-nilai kearifan lokal. Namun, kerinduan itu belumlah "terpuaskan" dengan hanya mendengarkan pada satu sumber saja - yang kadangkala ada unsur-unsur essensial yang mulai dikarang sesuai dengan selera si penutur.

Apalagi si penutur memiliki kepentingan bisnis dan kepentingan politik yang cenderung mengikis kearifan lokal , bahkan menyampingkan kepentingan pembelajaran bagi masyarakat.

Tulisan ini merupakan salah satu opsi, bukan satu-satunya opsi untuk meluruskan kembali tujuan cerita-cerita peninggalan nenek moyang Dayak Banyuke, yakni BELAJAR BERMASYARAKAT.

Cara Memahami Tulisan

Walaupun tulisan ini mengandung kontroversial diantara keturunan Dayak Banyuke dan keturunan Kerajaan Landak hingga saat ini, namun penulis tidak menyuguhkan hal itu kepada sidang pembaca.

Sajian yang penulis sampaikan kepada para pembaca, sebagai berikut :
* Bagaimana sikap si Ria Sinir dalam menghadapi segala tantangan hidup ?
* Bagaimana tindakan nyata si Ria Sinir ?
* Apakah Ria Sinir dapat dijadikan teladan bagi setiap orang tanpa melihat asal-usul orang itu ?
* Apakah segala tingkah laku si Dara Itam dapat dijadikan preferensi bagi perjuangan persamaan martabat antara perempuan dan pria ?

0 komentar:

Posting Komentar